Aku memperoleh
pelajaran formal tentang pentingnya menulis. Aku muslim dan pedoman hidupku
bilang paling pertama untuk, “Bacalah!”. Selanjutnya, aku membaca bahwa orang
Yahudi sangat terkenal dengan kata, “Tulislah!”. Semuanya tidak ada yang
kontradiktif, aku pikir.
Belum selesai,
aku juga sudah mendengar begitu banyak cerita tentang manfaat menulis. Satu
yang masih stuck dalam pikiranku saat ini, adalah cerita salah satu
tokoh idolaku, Pak BJ Habibie. Aku pikir semua bisa merasakan, betapa beliau
mencintai Ibu Ainun. Terkadang aku menakar kadar cinta itu seolah sama
dengan aku dan dia.
Dan bagi siapapun, silakan saja tentukan kepada satu nama yang paling kau cintai saat
ini. Seperti BJ Habibie dan Ainun. Hanya agar kau bisa membayangkan besaran
cinta yang tengah aku bicarakan saat ini. Come on, ini pembicaraan yang
sangat manusiawi. Above of all, aku tetap merasakan cinta-Nya tidak
pernah habis.
Dan kita semua
tahu, atau kau barangkali akan tahu nanti, bahwa saat paling menyakitkan adalah
saat cinta yang tengah kau rasakan teramat sangat itu tiba-tiba saja hilang.
Untuk waktu yang tak bisa kita tentukan. Untuk sesuatu yang sangat tiba-tiba,
sungguh di luar batas kita mengetahui mengapa. Why? What are you doing right
now?
Sesuperjenius
otak Pak BJ Habibie saja bisa terserang putus asa begitu berat. Jadi aku pikir kehilangan
cinta itu sangat tidak semudah membolak-balikkan pikiran.Time will heal all.
Aku tahu, tapi aku tidak pernah bisa sabar. Makanya seperti Pak BJ Habibie,
aku ingin menulis. Poinnya, you know what? Sebegini pentingkah kamu buatku
sampai aku harus menulis tentangmu, seperti Pak BJ Habibie kepada Ibu
Ainun.
It is okay, tentang semua manfaat menulis itu, aku benar-benar ingin merasakannya,
aku ingin membuktikan. Kalau bisa hasilnya langsung aku minta sekarang juga. Help
me, writing! Keep writing! Setiap tulisan ini akan bisa menggantikan
pikiranku terhadap sesuatu yang selama ini menjadi masa paling aku
tungu-tunggu, dan kalau siang selalu menjadi semangat tersendiri bagiku, dan
tiba-tiba saja hilang.
Haha, susah
sekali menepisnya kalau aku menulis dengan perasaan yang masih sama terhadanya.
Tapi what to do, I f*cking dont know. Oh my God, mengapa seseorang
begitu rapuh dengan sesuatu yang kau ciptakan sebagai fitrah, cinta? Atau
coba sungguh rasakan lagi, what is more powerful emotion: pain or love? PAIN
or LOVE?
“Ada yang
dicinta giat bekerja, entah apa entah siapa
Karena cinta
jiwa gairah, tanpa cinta hidupku hampa.”
Well, jadi sedari tadi kau sudah tahu ini bukan pembahasan tentang teori
urgensi menulis. Sama sekali. Lebih, andai saja kau bisa merasakan apa yang aku
rasakan. Something really hurts me inside. It’s too much love
that kills you.
The last, I
want to learn from this, cinta itu
adalah masalah barangkali dia akan meninggalkanmu dulu lalu akan kembali
kepadamu lagi. Kalau tidak, maka kau layak yang lebih baik darinya. Karena kau
saat ini bahkan sangat fokus untuk memperbaiki dirimu.
Finished, yet?
Yeah, I hope you are better now.
Yeah. Aku pikir
aku akan menulis skripsi lagi, atau tidur. Pukul 22: 04 sekarang. Good
night, Za! :-)
“Boleh jadi
kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.“ (Q.S Al-Baqarah: 216)
Rabu, 6 April
2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar