Mau
dibawa kemana kita dan generasi, -ahaha anak kita-? Ciptakan, terapkan dan
ajarkan nilai-nilai luhur kita sendiri! Kita tahu sumbernya.
Baiklah, tanpa perlu berlama-lama lagi inilah Gank Huru Hara! Sebut saja namanya, maka sepertinya Kau sedang tertawa bahagia,#GeHAHA! #GHH. Yak!
Itulah nama gank yang paling bisa bicara banyak,-tangis-canda-tawa bagi para membernya! Kenapa, karena itu gank keluarga, my family! Sampai kini tak terhitung umurnya karena gank ini lahir tanpa pamrih. Hanya eksis, membahagiakan membernya. Bahkan, kesedihan juga kebahagian katanya. Dan kamu tahu, kebersamaan itu pondasi paling kuat!
Baiklah, tanpa perlu berlama-lama lagi inilah Gank Huru Hara! Sebut saja namanya, maka sepertinya Kau sedang tertawa bahagia,
Itulah nama gank yang paling bisa bicara banyak,-tangis-canda-tawa bagi para membernya! Kenapa, karena itu gank keluarga, my family! Sampai kini tak terhitung umurnya karena gank ini lahir tanpa pamrih. Hanya eksis, membahagiakan membernya. Bahkan, kesedihan juga kebahagian katanya. Dan kamu tahu, kebersamaan itu pondasi paling kuat!
Lanjut, seperti saat
ini, #GHH beraksi membuat Awok-awok
sebagai signature dish weh-wehan! Eh,
awok-awok & weh-wehan makanan apaan yak? Dasar anak modern! Tapi orang luar
Kaliwungu-Kendal-Jateng wajar si
kalau ga ngerti weh-wehan.
Setiap 12 Rabiul
Awal, kami biasanya masak makanan tradisional, awok-awok itu salah satu nama
makanannya. Dahulu kerasa banget suasanya, ada lampion-lampion berbentuk kapal,
bintang, bulan, di setiap rumah. Warna-warni. Makanan-makanan itu dimasukkan ke
almari-almarian atau kapal-kapalan. Dulu. Sekarang sih tidak ada gitu-gituan.
Sekarang makanannya aja jadi
chiki-chiki! :) tahu beda efeknya kan?
Akhirnya makanannya
diweh-wehkan aka ditukar-tukarkan. "Spada, Lek-Lek we-weh!" Kebayang rame. Anak-anak lagi yang mainin.
Alkisah ada seorang
anak yang sangat antusias ingin weh-weh ke sebuah rumah mewah nun jauh, pasti nanti hasil weh-wehan enak, banyak,
dan mahal. Sampai tengah perjalanan, ada temannya yang sudah weh-weh di
sana duluan bilang weh-wehannya cuman
permen. Ketebak, sang anak tadi pun balik lagi tidak jadi weh-weh ke sana
sembari berkata ke teman-temannya yang lain weh-wehannya
permen doang. Haha. Makanya, weh-weh itu ke tetangga dekat dulu gitu lho,
Dek!
Yak! Itulah tradisi
peringatan maulid nabi Saw, khas Kaliwungu punya! Maknanya? Tidak usahlah
dikotak-kotakan baik-buruk. Itu budaya, loh. Budaya selalu memiliki nilai luhurnya sendiri. Kalau Jerman punya budaya
riset. Nah, kalau berani menyebut budaya Indonesia korupsi, nyontek..
Ada teman bahasa Indonesiaku yang akan marah, "Itulah akibat
penyalahkaprahan penggunaan kata 'budaya'".
Mau dibawa kemana
kita dan generasi, -ahaha anak kita-? Ciptakan, terapkan dan ajarkan nilai-nilai
luhur kita sendiri! Kita tahu sumbernya.
Menurutku dengan
cara-cara sederhana seperti weh-wehan misalnya. Mereka intim dengan
keluarganya, -#GHH suka masak-masak, baik
dan suka berbagi dengan tetangganya. Loh, daripada sibuk nggame sendiri? Selfie sendiri. HP-an sampai -,- Nonton TV yang ga jelas? He.
Bukankah akhlak umat
muslim terkenal ramah, jujur, baik, cerdas? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar