Aku mengenal tarbiyah dan aku jatuh cinta kepadanya. Entahlah, orang-orangnya
begitu baik. Siapa yang tidak habis pikir ada orang yang selalu memperhatikanmu?
Bahkan ketika jarak telah memisahkan jauh, perhatian itu masih. Perhatian kepadamu
itu hanya berubah melalui tatapan mata orang lain, melalui sentuhan tangan
orang lain, melalui kasih sayang orang lain, kadang-kadang. Perhatian itu beregenerasi.
Dan, terus-terusan menjagamu seperti Dia saja. Apakah kau sadar ada orang yang ternyata
diam-diam seperti ini kepadamu? Setiap kali kau memikirkan tentang ini,
bagaimana hatimu tidak bergetar?
Bahkan
kau tentu tahu tentang konsep perhatian kepadamu ini, orang-orang itu
memperhatikanmu melebihi kepada dirinya sendiri.
Jadi, sesungguhnya aku pun tidak pernah ingin menjauhi tarbiyah, lingkaran cinta ini. Aku telah lama terjerat sejak pertama kali aku mengenalnya. Iya, sekalipun masih sangat lika-liku. Sekalipun, aku masih sering dijumpai di kampus sedang hotspotan daripada di forum-forum kajian. Sekalipun, berkali-kali aku masih sering narsis di depan kamera maupun di kehidupan nyata, yang alay beetts. Haha, iya itu aku. Aku masih biasa saja. Alih-alih, bahkan sebenarnya aku hanya orang yang banyak dijaga –Allah Yang Mahatahu– dari segala aib-aib yang pernah aku lakukan. Astaghfirullahaladzim. Maka, bagaimana lagi kau akan mendustai nikmat ini? ‘Tak ada lain, kembalilah ke jalan yang diridhoi-Nya, menangislah. Berjanji kau akan menjadi lebih baik.
Insha Allah, menjadi lebih baik itu fitrah manusia. Tiada hati yang tenang saat berjauhan dengan kebaikan. Mencuri, korupsi, membenci, menyakiti orang lain, melakukan maksiat, melanggar syariat. Astaghfirullahaladzim. Tentu saja kau tidak akan pernah bisa tenang melakukan semua itu. “Tanda kau tenang, kau mampu bersyukur,” begitu nasihat super pak Mario Teguh. Apakah kau bisa bersyukur setelah menyakiti perasaan orang lain? “Qolbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur merupakan salah satu indikator kebahagiaan.” Bagaimana kau tidak ingin bahagia setelah kau sudah merasakan banyak kegelisahan. Bagaimana kau tidak ingin menjadi baik (lagi) setelah kau mengerti kau begitu buruk?
Sampai mana saja, kebaikan akan selalu membuatmu rindu kembali. Terlebih jika tersadar telah jauh tersesat, pekat, tiada yang bisa kau lihat. Selain memang hanya cahaya Allah. Mari mulai lagi baca Al-Qur’an kita yang telah lama ‘tak pernah kita baca, insha Allah akan melunakkan hati kita. Juga pahami maknanya, niscaya akan menenangkan hati kita, menjawab semuanya. Nasihat kedua, ingatlah waktu saat segalanya mengulun merdu, suara malam, suara angin, suaramu, suara jantungmu. Waktu yang paling sempurna kau bersedu sedan, mencurahkan segala perasaan dan penat pikiranmu. Waktu yang seluruhnya hanyalah milikmu dan Tuhanmu. Tegakkanlah salat pada waktu itu, di sepertiga malam.
Namun memang ‘tak semua orang seberuntung orang yang disegerakan sadar, barangkali justru semakin menjauh. Maka pilihannya hanya satu, jangan semakin menjauh. Kau tahu tempat yang menjagamu dan tetaplah di posisimu, bersama teman-teman sejatimu. Niscaya akan ada yang dikirim-Nya untukmu, mengingatkanmu, mengajakmu, mungkin sampai menyeret-nyeretmu (seperti aku, haha), yaitu teman sejatimu. Aku belum pernah tersenyum sesimpul ini sampai aku mengenang pernah diseret-seret dia.
Nabil
An Nafis, syukron jazakallahu khairan katsiiran..
Kedua.. ketiga.. dan ke-tak hingga untuk nasihat kesabaran dan kebenaran yang telah, sedang, dan akan kauberikan untukku.
Terima kasih, sahabat sejatiku!
Lingkaran
Cinta, 8 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar