Tentang kenangan, menjelang kelulusan SMA kami. Kalau aku
coba rasakan kembali, kenangan itu sangat indah. Kenapa, apalah yang bisa lebih
mengharu biru daripada sebuah perpisahan, kelulusan zaman SMA. Sebentar lagi
semuanya tidak akan bersua sebagaimana biasanya. Mereka yang terbiasa bersama
tiba-tiba terpisahkan. Banyak sekali perasaan tertinggal di sana, perasaan-perasaan
yang tak terkatakan. Entahlah itu perasaan benci, marah, saling mengagumi,
perasaan sayang, perasaan mendalam kepada seseorang yang terus dipendam. Maka, adakah
yang membuatmu tidak lebih menyesal daripada mengatakan semuanya sekarang?
Dan giliranku, aku sama sekali tidak bermaksud membuat
sebuah drama. Bukan bagian dari skenarioku kalau aku benar-benar keberatan
memulai langkahku ke depan kelas untuk mengakui semuanya sejujur-jujurnya. Aku
tahu bahwa langkah menuju kejujuran murni itu akan teramat berat. Aku telah
terlalu banyak mengawali perasaan bohong, kepada banyak orang yang memiliki
perasaan kepadaku. Aku hanya tidak ingin membuat kebohongan lain. Namun apa
boleh buat, sepertinya teman-teman justeru begitu penasaran dan siap mendengar
apapun, asal dari aku langsung. Jadi baiklah, aku malu-malu maju. Aku mengatakan
di depan kelas disaksikan oleh teman-teman beserta dengan dokumentasi rekamannya.
Dan niscaya, Allah dan malaikatnya pun demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar